Ketika
ia benar-benar pergi, seperti cahaya yang masih saja dapat ditemui ujung
mataku, dia pergi seperti aku hanya angin yang tak kasat berlalu dan bukan
apa-apa. Kepergian itu tak mampu kucegah hanya dengan cintaku, tapi
mengapa kepergian seperti ini tak hanya mematahkan hatiku sepatah-patahnya, iya
juga mematikan rasaku membuatku seperti tak bernafas. Sering sekali bahkan
hatiku seperti ditindih batu besar menyesakkan sekali.
Dia
telah jauh membelakangiku, kukejar semakin jauh saja, tak ku kejar alih-alih
rindu akan sangat menyakitiku memaksaku memutar arah untuk mengejarnya. Namun
sejauh apa ku berlari mengikuti jejaknya, terlihat semakin berpeluh dia
beranjak menjauh. Aku tak bisa berbuat banyak, bahkan jika aku begitu percaya
pada hatiku ~ dia masih mencintaiku.
Banya
tanya yang muncul dalam benak, kecemasan akan keadaanya menjadiku resah, akan
kah dai baik baik disana, rindu tak lama menjadi beban bagiku. Derita cerita
cinta yang begitu menyiksa duhai rasa kembalilah aku ingi beralih pada cerita
baru. Putus asa selalu menyelimuti setiap hari, kadang ada benci karena dia
menghianati janji, tak lupa lagi ku beri sangka dengan doa yang hakiki
terpanjat dalam setiap asa ku berjumpa padang sang Kuasa.
Akan
kah ia lupa dengan semua cita cita yang terbangun dengn rapi dalam ruang yang
bernama janji setia. Mungkin baginya itu hanya bualan belaka, namun bagiku itu
ucapan yang bisa di pegang dari seorang pecundang seperti aku. Tidak banya yang
ku punya selain kata mesra dalam bebrapa sajak jujurku tapi itu bukan hal
berari baginya. Dendam dengan rasa yang tak bersambut, memang sulit jika
mencinta hanya sepihak, apa boleh dikata inilah nasib sang durjana.
Jadilah
pecundang yang bijak sana dalam menangggapi cinta itu pesan dari rasa yang ada
dalam jiwa, karena itulah sangsi bagi hamba yang terlalu banyak berharap kepada
manusia. Kini ku tak pernah berpura pura dalam hal bercinta namun tetap diterpa
badai askara yang tak berujung indah. Tak mau lagi kubermain cinta, buakan
karena ku trauma, namun mencintai diri sendiri lebih baik dan belajar sedikit dewasa
dalam memilih cinta, agar air mata juga lebih dewasa dalam melepasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar